Senin, 20 Desember 2010

Bencana Letusan Gunung Api di Indonesia

Di tahun 2010 ini Indonesia kembali ditimpa bencana, yaitu meletusnya gunung merapi yang terjadi pada tanggal 26 oktober 2010 dan 1 november 2010.
Awan panas dan lahar meluluh lantahkan semua yang ada di kaki gunung merapi. Korban tewas bencana Gunung Merapi yang tercatat sampai hari Kamis (11/11/2010) mencapai 198 orang. Sedangkan 303.233 warga Merapi menjadi pengungsi. Ini tentu merupakan salah satu bencana besar yang diakibatkan oleh meletusnya sebuah gunung berapi.

Dengan kejadian meletusnya gunung merapi kita pun seakan diselimuti ketakutan dan sekaligus diingatkan letusan - letusan dahsyat yang pernah terjadi sebelumya. Tercatat dalam sejarah geografi indonesia, ada 3 letusan dahsyat yang pernah terjadi dan memakan banyak korban. 3 gunung api dengan letusan dahsyat itu adalah letusan gunung api Toba ( 74.000 tahun yang lalu ), gunung api tambora ( 1815 ), dan gunung api krakatau ( 1883 ).

Sejarah menyebutkan letusan yang paling dahsyat adalah letusan gunung api Toba yang terjadi 74.000 tahun yang lalu. Volume letusan gunung ini bahkan mencapai 2.800 Km kubik !!!! Apabila letusan toba itu terjadi sekarang maka diperkirakan 40 - 50 % populasi manusia akan menjadi korban ( sekitar 3 milyar jiwa ) dan era manusia pun akan mendekati kepunahan. Suhu bumi pun akan turun sampai 9.4°C di bawah normal pada tahun pertama letusan Toba. Dan sepuluh tahun setelah letusan suhu akan turun sampai 1.8°C di bawah normal. Dan yang paling mengerikan adalah saat letusan Toba terjadi hanya ada 10.000 orang yang selamat di seluruh dunia. Bayangkan seperti apa letusan yang terjadi pada saat itu.

Akibat letusan ini pun terbentuklah sebuah kaldera raksasa yang sekarang kita kenal dengan sebutan Danau Toba. Mengerikan bukan.

Letusan terbesar kedua yang pernah terjadi di tanah air ini yaitu letusan dari gunung api Tambora. Sebenarnya berdasarkan penelitian, Tambora pernah meletus sebanyak 3 kali, tetapi tidak diketahui seberapa besar letusan tersebut. Ketiga letusan tersebut terjadi pada tahun 3910 SM, 3050 SM, dan 740 SM. Setelah letusan itu, gunung ini tidur selama beberapa abad. Barulah pada abad ke 19 gunung ini "terbangun".

Pada tahun 1812, Tambora muulai bergemuruh dan menghasilkan awan hitam. 3 tahun berikutnya, tepatnya pada 5 April 1815, erupsi terjadi, diikuti dengan suara gemuruh yang terdengar hingga Ternate (1400 km dari Tambora). 6 April 1815, abu gunung Tambora mencapai Jawa Timur.
Puncaknya pada jam 7:00 malam tanggal 10 April 1815, Tambora meletus dengan dahsyat. Volume letusan bahkan mencapai 50 Km kubik !! Batuan apung dengan diameter 20 cm mulai menghujani daerah sekitar Tambora. Abu letusan tersebut mencapai Jawa Barat dan Sulawesi Selatan. Letusan ini masuk dalam skala 7 VEI, dan diklaim merupakan letusan terbesar yang pernah tercatat dalam sejarah. Sebelum letusan, gunung Tambora memiliki tinggi 4300 meter, dan merupakan puncak tertinggi di Indonesia. Setelah letusan, tinggi Tambora menjadi “hanya” 2900 meter.

Sebagian besar abu letusan Tambora jatuh kembali ke bumi, menghujani daerah sekitar dan menghancurkan desa Tambora. Namun, sebagian abu tidak jatuh dan dibawa angin mengelilingi bumi.

Abu tersebut menghalangi sinar matahari yang hendak masuk ke bumi. Alhasil, panas dari sinar matahari tersebut tidak mencapai bumi, sehingga suhu di bumi turun. Tahun 1816 pun dikenal dunia sebagai ‘tahun tanpa musim panas’. Di seluruh dunia terjadi gagal panen karena banyak tanaman pokok seperti padi dan gandum mati. Wabah kelaparan pun terjadi dimana-mana.

Saat letusan ini terjadi sudah berdiri sebuah kerajaan Bima yang terletak di pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat dan manusia sudah memasuki era bermasyarakat. Sehingga korban tewas mencapai 70.000 jiwa akibat dampak langsung dan 400.000 tewas akibat dampak tidak langsung !!

Dan letusan dahsyat yang ketiga datang dari gunung Krakatau. Gunung yang meletus pada tahun 1883 ini memang sangat terkenal dibandingkan dengan dua letusan diatas. Ini dikarenakan letusan ini terjadi disaat manusia mulai memasuki era modern. Sejarah mencatat bahwa Krakatau pernah meletus pada tahun 416, 535, 850, 950, 1050, 1150, 1320, and 1530 dan 1680 Masehi. Letusan Krakatau pada tahun 535 dicurigai sebagai penyebab terjadinya perubahan iklim pada tahun 535-536.

Beberapa waktu sebelum tahun 1883, aktivitas vulkanis di gunung Krakatau mulai meningkat, dengan ditandai oleh serangkaian letusan.

20 mei 1883, Krakatau mulai meletus. Kali ini Krakatau mengeluarkan abu yang mencapai ketinggian 6 km. Suara letusan dapat terdengar hingga ke Jakarta (atau New Batavia) yang berjarak 160 km dari Krakatau. Krakatau kemudian “tidur” kembali pada akhir Mei hingga pertengahan Juni.

Letusan terjadi lagi pada 16 Juni, dimana Krakatau mengeluarkan awan hitam yang menutupi pulau selama 5 hari. Pada 25 Agustus, Krakatau mulai menunjukkan tanda akan meletus lagi.

Pada 26 Agustus jam 13:00, Krakatau meletus dan mengeluarkan abu yang mencapai ketinggian 27 km. Tsunami yang tergolong kecil melanda pulau Jawa dan Sumatera seiring dengan letusan ini.

Puncaknya, pada tanggal 27 Agustus 1883, terjadi 4 letusan pada pukul 05:43, 06:44, 10:02, dan 10:41 waktu setempat. Suara letusan krakatau dapat terdengar hingga jarak 4.800 km. Letusan ini juga diikuti dengan tsunami yang dikatakan mencapai 30 meter tingginya.

Dalam skala VEI (Volvanic Explosity Index atau Indeks Letusan Gunung Berapi), letusan Krakatau mencapai angka 6 dari maksimal 8. Letusan ini setara dengan 200 megaton TNT, atau 13000 kali lebih kuat dibandingkan dengan bom atom yang meledak di Hiroshima.
Letusan Krakatau menghancurkan 165 kota dan desa di Jawa dan Sumatera, menewaskan sekitar 36.417 orang, sebagian besar karena tsunami. Letusan ini juga menghancurkan 2/3 pulau Krakatau.

sumber :
- http://mynameisrizky.blogspot.com/2010/11/tiga-letusan-gunung-berapi-terbesar-di.html

- http://blognyajose.blogspot.com/2010/04/letusan-gunung-berapi-terbesar-di.html
- http://news.solowebspace.com/update-jumlah-korban-letusan-gunung-merapi.html